“GURU
SEKOLAH MINGGU BUKAN
SEBAGAI
ORANG YANG PERCAYA TAKHAYUL”
A. PENDAHULUAN
Sekolah
minggu adalah sebuah kebutuhan. Jika diamati, kata kebutuhan menunjukkan bahwa
sekolah minggu suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-anak
layan kita. Jika dilihat dari dua sisi, sekolah minggu mampu mengakomodir akan
dua kebutuhan. Kebutuhan teologis dan kebutuhan psikologis. Menjadi guru
sekolah minggu emang tidak semudah dari apa yang dipikirkan. Beban lebih berat,
karena yang kita hadapi adalah anak-anak yang notabene harus kita memberikan
pemberitaan dan pengajaran akan Firman Tuhan yang benar.
Dari
aspek kebutuhan psikologis, pendidikan agama Kristen yang dalam hal ini
terdapat juga dalam sekolah minggu, merupakan hak dari anak-anak Kristen itu
sendiri. Di sana terjadi proses perkembangan diri dan kepribadian. Anak-anak
membutuhkan cara berpikir, cara perilaku, pengetahuan, emosi, dan mental yang
sehat, karena hal tersebutlah yang dikehendaki Allah. Sekolah mingu jangan
menjadi monoton, tetapi di dalamnya ada sebuah kegiatan yang hidup, penuh suka
cita, mampu memenuhi kebutuhan anak akan kerajaan Allah yang kekal dan menjadi
tempat yang baik untuk perkembangan anak.
Guru
sekolah minggu harus memiliki visi, sehingga akan dengan penuh semangat dan
setia melakukan pelayanannya. Sebaliknya guru sekolah mingu yang tidak memiliki
visi akak seperti pemain olahraga tanpa target (pemain sepak bola tanpa gol). Sama
halnya dengan guru sokolah minngu yang percaya takhayul, padahal
seharusnya guru sekolah minggu itu bukanlah orang yang percaya takhayul.
Takhayul sama halnya dengan meng-ilahkan
sesuatu dan menyakiti hati Tuhan. Mungkin sering kita menyaksikan dalam
film-film horor, bagaimana kitab suci atau simbol-simbol agama, digunakan untuk
membuat setan takut dan tak berdaya. Entah dipengaruhi film semacam itu atau
tradisi keluarga, ada orang kristiani yang melakukan hal serupa. Mereka
memasang salib dirumahnya dengan harapan rumah tersebut akan terlindung dari
gangguan setan. Beberapa orang akan merasa tenang ketika tidur didampingi
Alkitab. Diharapkan kepada guru sekolah minggu agar tidak keliru dan tidak
menjadi orang yang percaya dengan hal-hal tersebut diatas yaitu takhayul
rohani.
B. PENJELASAN
Seorang
guru sekolah minggu harus berpegang teguh akan pengajaran firman Tuhan. Bukan
lah sebagai orang yang percaya takhayul. Sebab guru sekolah minggulah yang
mendidik anak sekolah minggu tersebut, apa yang dilakukan oleh guru sekolah
minggu akan diteladani anak-anak sekolah minggu tersebut. Dan dikatakan guru
sekolah minggu bukan sebagai orang yang percaya takhayul, karena dasar dari
pengajaran dan pelayanan mereka adalah firman Tuhan. Yang mengajarkan kepada
anak-anak itu menjadi orang yang percaya kepada Kristus (menerima keselamatan
dari Kristus). Disamping itu juga guru sekolah minggu juga harus memiliki visi
global Bapa sebagai seorang guru sekolah minggu, yaitu:
·
Mewujudkan
kerajaan Allah di muka bumi ini sehingga semua makhluk akan merasakan shalom
(damai sejahtera Allah) dibumi ini;
·
Matius
28:19-20: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
babtiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Visi diatas sering disebut sebagai Amanat Agung
Yesus bagi para murid, ini sekaligus menjadi visi wajib, visi pokok, atau visi
utama kita (para guru sekolah minggu).
Dan juga visi
ini membuat semua bangsa (sebanyak mungkin orang) mau menerima Kristus dan
menjadi murid-Nya! Jadi, anak-anak sekolah minggu bukan saja diharapkan menjadi
anak yang percaya kepada Kristus. Lebih dari itu, mereka harus dididik menjadi
murid Kristus. Murid yang belajar taat melakukan apa yang diperintahkan sang
Guru, yaitu Yesus sendiri.
“Ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang kuperintahkan kepadamu.” Guru bukan hanya
bertugas membuat anak-anak memahami apa yang Yesus ajarkan, apa yang
diberitakan oleh Alkitab, melainkan lebih dari itu. Guru diharapkan membuat
anak-anak menjadi pelaku-pelaku firman. Ajar anak-anak itu melakukan sesuatu
yang diperintahkan Yesus kepada kita, yaitu mengasihi Tuhan Allah dengan
segenap hati dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri (Mat. 22:34-40).
Disamping
visi global Bapa yang merupakan visi utama seorang guru sekolah minggu, kita
sebagai pribadi tentu saja boleh memiliki visi pribadi, sejauh tidak
bertentangan dengan visi global Bapa. Jadi, visi pribadi harus mendukung visi
global bapa. Contohnya sebagai berikut: Seorang guru bersemangat melayani
kelasnya karena terdiri dari anak-anak “kampung” dengan tingkat ekonomi rendah
dan kalangan orang tua yang belum mengenal Kristus. Walaupun hanya mengajar
empat orang murid setiap Minggu, ia melakukannya dengan setia. Sebab ia
berharap empat murid itu menjadi cikal bakal kekristenan di daerah itu.
Lima
hal yang dimiliki guru sekolah minggu yang berkualitas:
1.
Guru/Gembala
harus mengenal dengan baik dan teliti setiap anggota gembalanya; Joh 10:14,
karena mengasihi mereka dengan kasih agape.
2.
Guru/Gembala
membawa dan membaringkan gembalanya dipadang yang berumput hijau dan air yang
tenang sekali yang semuanya menyegarkan. Mazmur 23:1
3.
Guru/Gembala
melindungi gembalanya terhadap cuaca buruk dan dari binatang buas serta
pencuri.
4.
Dengan
penuh perhatian dan kesabaran. Seorang gembala tidak mementingkan dirinya
sendiri, melainkan kepentingan gembalanya karena itu ia harus kuat dan rela
berkorban demi tugasnya.
5.
Seorang
guru/gembala harus berdedikasi dan setia melakukan tugasnya sampai tercapai
tujuan: yakni pendewasaan gembalanya (penggembalaan berkesinambungan)
berdasarkan tingkat kemampuan daya serap. Contohnya anak-anak paling sedikit
mereka dibagi dalam tiga kelas. Namun dibeberapa gereja yang telah maju anggota
gereja itu telah dibagi sampai tingkat usia/dewasa dan disesuaikan dengan
tingkat pendidikan formalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar