Minggu, 16 November 2014

M. KULIAH : Pembinaan Warga Gereja

“GURU SEKOLAH MINGGU BUKAN
SEBAGAI ORANG YANG PERCAYA TAKHAYUL

A.    PENDAHULUAN
Sekolah minggu adalah sebuah kebutuhan. Jika diamati, kata kebutuhan menunjukkan bahwa sekolah minggu suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-anak layan kita. Jika dilihat dari dua sisi, sekolah minggu mampu mengakomodir akan dua kebutuhan. Kebutuhan teologis dan kebutuhan psikologis. Menjadi guru sekolah minggu emang tidak semudah dari apa yang dipikirkan. Beban lebih berat, karena yang kita hadapi adalah anak-anak yang notabene harus kita memberikan pemberitaan dan pengajaran akan Firman Tuhan yang benar.
Dari aspek kebutuhan psikologis, pendidikan agama Kristen yang dalam hal ini terdapat juga dalam sekolah minggu, merupakan hak dari anak-anak Kristen itu sendiri. Di sana terjadi proses perkembangan diri dan kepribadian. Anak-anak membutuhkan cara berpikir, cara perilaku, pengetahuan, emosi, dan mental yang sehat, karena hal tersebutlah yang dikehendaki Allah. Sekolah mingu jangan menjadi monoton, tetapi di dalamnya ada sebuah kegiatan yang hidup, penuh suka cita, mampu memenuhi kebutuhan anak akan kerajaan Allah yang kekal dan menjadi tempat yang baik untuk perkembangan anak.
Guru sekolah minggu harus memiliki visi, sehingga akan dengan penuh semangat dan setia melakukan pelayanannya. Sebaliknya guru sekolah mingu yang tidak memiliki visi akak seperti pemain olahraga tanpa target (pemain sepak bola tanpa gol). Sama halnya dengan guru sokolah minngu yang percaya takhayul, padahal seharusnya guru sekolah minggu itu bukanlah orang yang percaya takhayul. Takhayul sama halnya dengan  meng-ilahkan sesuatu dan menyakiti hati Tuhan. Mungkin sering kita menyaksikan dalam film-film horor, bagaimana kitab suci atau simbol-simbol agama, digunakan untuk membuat setan takut dan tak berdaya. Entah dipengaruhi film semacam itu atau tradisi keluarga, ada orang kristiani yang melakukan hal serupa. Mereka memasang salib dirumahnya dengan harapan rumah tersebut akan terlindung dari gangguan setan. Beberapa orang akan merasa tenang ketika tidur didampingi Alkitab. Diharapkan kepada guru sekolah minggu agar tidak keliru dan tidak menjadi orang yang percaya dengan hal-hal tersebut diatas yaitu takhayul rohani.

B.     PENJELASAN
Seorang guru sekolah minggu harus berpegang teguh akan pengajaran firman Tuhan. Bukan lah sebagai orang yang percaya takhayul. Sebab guru sekolah minggulah yang mendidik anak sekolah minggu tersebut, apa yang dilakukan oleh guru sekolah minggu akan diteladani anak-anak sekolah minggu tersebut. Dan dikatakan guru sekolah minggu bukan sebagai orang yang percaya takhayul, karena dasar dari pengajaran dan pelayanan mereka adalah firman Tuhan. Yang mengajarkan kepada anak-anak itu menjadi orang yang percaya kepada Kristus (menerima keselamatan dari Kristus). Disamping itu juga guru sekolah minggu juga harus memiliki visi global Bapa sebagai seorang guru sekolah minggu, yaitu:
·         Mewujudkan kerajaan Allah di muka bumi ini sehingga semua makhluk akan merasakan shalom (damai sejahtera Allah) dibumi ini;
·         Matius 28:19-20: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Visi diatas sering disebut sebagai Amanat Agung Yesus bagi para murid, ini sekaligus menjadi visi wajib, visi pokok, atau visi utama kita (para guru sekolah minggu).
Dan juga visi ini membuat semua bangsa (sebanyak mungkin orang) mau menerima Kristus dan menjadi murid-Nya! Jadi, anak-anak sekolah minggu bukan saja diharapkan menjadi anak yang percaya kepada Kristus. Lebih dari itu, mereka harus dididik menjadi murid Kristus. Murid yang belajar taat melakukan apa yang diperintahkan sang Guru, yaitu Yesus sendiri.
“Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang kuperintahkan kepadamu.” Guru bukan hanya bertugas membuat anak-anak memahami apa yang Yesus ajarkan, apa yang diberitakan oleh Alkitab, melainkan lebih dari itu. Guru diharapkan membuat anak-anak menjadi pelaku-pelaku firman. Ajar anak-anak itu melakukan sesuatu yang diperintahkan Yesus kepada kita, yaitu mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri (Mat. 22:34-40).
Disamping visi global Bapa yang merupakan visi utama seorang guru sekolah minggu, kita sebagai pribadi tentu saja boleh memiliki visi pribadi, sejauh tidak bertentangan dengan visi global Bapa. Jadi, visi pribadi harus mendukung visi global bapa. Contohnya sebagai berikut: Seorang guru bersemangat melayani kelasnya karena terdiri dari anak-anak “kampung” dengan tingkat ekonomi rendah dan kalangan orang tua yang belum mengenal Kristus. Walaupun hanya mengajar empat orang murid setiap Minggu, ia melakukannya dengan setia. Sebab ia berharap empat murid itu menjadi cikal bakal kekristenan di daerah itu.
Lima hal yang dimiliki guru sekolah minggu yang berkualitas:
1.      Guru/Gembala harus mengenal dengan baik dan teliti setiap anggota gembalanya; Joh 10:14, karena mengasihi mereka dengan kasih agape.
2.      Guru/Gembala membawa dan membaringkan gembalanya dipadang yang berumput hijau dan air yang tenang sekali yang semuanya menyegarkan. Mazmur 23:1
3.      Guru/Gembala melindungi gembalanya terhadap cuaca buruk dan dari binatang buas serta pencuri.
4.      Dengan penuh perhatian dan kesabaran. Seorang gembala tidak mementingkan dirinya sendiri, melainkan kepentingan gembalanya karena itu ia harus kuat dan rela berkorban demi tugasnya.
5.      Seorang guru/gembala harus berdedikasi dan setia melakukan tugasnya sampai tercapai tujuan: yakni pendewasaan gembalanya (penggembalaan berkesinambungan) berdasarkan tingkat kemampuan daya serap. Contohnya anak-anak paling sedikit mereka dibagi dalam tiga kelas. Namun dibeberapa gereja yang telah maju anggota gereja itu telah dibagi sampai tingkat usia/dewasa dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan formalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar